تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدَ
كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى
Ku tinggalkan kepadamu (umat Islam) dua pusaka abadi, apabila kamu berpegang kepadanya
nescaya kamu tidak akan sesat ,iaitu Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnahku




“Ketika matinya anak Adam, terputuslah amalannya keculai tiga perkara, ilmu yang bermanfaat, sedekah Jariah, dan doa anak yang soleh”

Daripada Kaab Bin Malik r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:

"Barangsiapa mencari ilmu untuk menandingi para ulama atau mengalahkan orang2 yang jahil, atau untuk memusatkan perhatian manusia kepadanya( menjadi terkenal ), maka orang ini akan dimasukkan Allah ke dalam api neraka ".

[Hadis Riwayat Tirmizi]




SELAMAT DATANG KE wowCLICKzone, TERIMA KASIH KERANA BERKUNJUNG,SEMOGA APA YANG DIKONGSI DISINI BERMANAFAAT KEPADA ANDA...

KISAH ISLAMNYA BILAL BIN RABAH DAN PENDERIATAANYA


GAMBAR HIASAN

Bilal bin Rabah al Habsy r.a adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal,dia adalah seorang mu’adzdzin
 ( Juru Azan ) di masjid Nabawi,sebelumnya,ia seorang hamba sahaya milik salah seorang kafir Quaraisy,kemudian memeluk Islam.
Keislamanya telah menyebabkan Bilal r.a mengalami banyak penderitaan dan kesengsaraan akibat perbuatan dan kesengsaraan akibat perbuatan orang-orang kafir,Umayah bin Khalaf adalah seorang kafir yang paling keras memusuhi orang Isalam,dia telah membaringkan Bilal r.a diatas padang pasir yang panas membakar ketika matahari sedang terik sambil menindihkan batu besar di atas dadanya,sehingga Bilal r.a tidak dapat menggerakkan badanya sedikitpun.Umayah berkata,”Apakah kamu bersedia mati dalam keadaan seperti ini?ataukah kamu ma uterus hidup,dengan syarat kamu tinggalkan agama Islam”,walaupun Bilal r.a disiksa seperti itu,namun dia berkata,”Ahad! Ahad! (maksudnya Allah yang Maha Esa ).
Pada malam harinya,Bilal r.a diikat dengan rantai,kemudian dicambuk terus menerus hingga badanya luka-luka,pada siang harinya, dia dibaringkan kembali diatas padang pasir yang panas,tuanya berharap Bilal r.a akan mati dalam keadaan seperti itu,Orang kafir yang menyiksa Bilal r.a silih berganti,suatu kali Abu Jahal yang menyiksanya juga,Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyiksa Bilal r.a dengan siksaan yang lebih berat lagi,ketika Abu Bakar r.a melihat penderitaan Bilal r.a,beliau segera membebaskanya.
Orang Jahiliyah,ketika itu menyembah berhala,kerana itulah,Islam mengajarkan ketauhidan untuk mengubah keyakinan mereka,iaitu hanya menyembah Allah SWT.Inilah yang menyebabkan Bilal r.a mengucapkan, “Ahad,Ahad.” Hal ini disebabkan kerana keimananya yang begitu kuat.sekarang,seberapa besar keimanan dan kecintaan kita kepada Allah? Kecintaan inilah yang menyebabkan bilal r.a rela disiksa demi mempertahankan agama. Walaupun orang-orang kafir di Makkah terus menyiksanya,namun dia tetap mengucapkan “Ahad,Ahad”.
Inilah contoh kehidupan yang pernah dialaminya sebelum Rasulullah SAW wafat,dia bertugas sebagai Juru Azan di masjid Nabi,pada mulanya yang tetap tinggal di Madinah Thayyidah,tetapi kerana tidak kuat menahan kesedihan setiap kali melewati makam Rasulullah SAW,akhirnya dia meninggalkan Madinah dan pergi bersama pasukan Jihad Fisabilillah.sampai beberapa waktu lamanya dia kembalai ke Madinah

Pada suatu hari,dia bermimpi bertemu Rasulullah SAW,dalam mimpinya itu Nabi SAW berkata kepadanya,”wahai Bilal,apa yang menghalangimu sehingga engkau tidak pernah berziarah kepadaku?” setelah bangun dari tidurnya,Bilal r.a pun segera pergi ke Madinah,setibanya di Madinah,Hasan dan Husain r.a meminta Bilal r.a agar mengumbandangkan adzan,dia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang dicintainya itu,ketika dia mulai beradzan,maka terdengarlah suara adzan seperti zaman Rasulullah SAW,hal ini sangat menyentuh hati penduduk Madinah,sehingga kaum wanita pun keluar dari rumah masing-masing sambil menagis untuk mendengarkan suara adzan Bilal r.a.setelah bebarapa hari lamanya Bilal r.a tinggal di Madinah dan kembali ke Damaskus dan wafat di sana pada tahun kedua puluh Hijiriah.

PERJALANAN RASULULLAH SAW KE KOTA THAIF

KOTA THAIF MODEN
GAMBAR HIASAN


Selama sembilan tahun kerasulan,Nabi Muhammad saw,telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta memperbaiki kaumnya di Makkah,namun sangat sedikit yang menerima ajakan beliau,kecuali orang-orang yang telah awal memeluk Islam selain mereka,ada orang-orang yang belum memeluk Islam,tetapi siap membantu Rasullullah saw.dan kebanyakkan orang-orang kafir Makkah selalu menyakiti dan mempermainkan baginda dan para sahabat baginda.
Abu Thalib termasuk orang yang belum memeluk Islam,namun sangat menyintai Rasulullah,dia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Rasulullah Saw,pada tarikh kesepuluh kenabian,ketika Abu Thalib meninggal dunia,kaum kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum muslimin.

Rasulullah SAW pun pergi ke Thaif,dan disana ada khabilah bernama,Tsaqif,yang sangat,banyak pengikutnya,beliau berpendapat ,jika mereka memeluk Islam,kaum muslimin akan terbebas dari siksaan orang-orang kafir tersebut,dan akan menjadikan kota tersebut,sebagai pusat penyebaran Islam,setibanya di Thaif,Rasulullah SAW langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berdakwah kepada mereka dan meminta bantuan mereka.

Namun,mereka, berbangsa Arab yang sangat terkenal dengan adat saling menghormati itu,menolak,dan menjawab dengan terang-terangan. Serta melayan Rasulullah SAW dengan sikap yang buruk,mereka menunjukkan yang mereka tidak suka dengan kedatangan Rasulullah SAW, Rasulullah menyangka mereka akan menerima kedatangan beliau kepada tokoh-tokoh masyarakat Thaif,diterima dengan baik dan sopan,tetapi sebaliknya.diantara mereka berkata “Wahai,kamukah yang dipilih oleh Allah sebagai nabinya?”, yang lain pula  berkata “Tidak adakah orang lain selain kamu yang dipilih Allah sebagai Nabi?” “aku tidak mahu bercakap dengan mu,sbb jika memang kau seorang  nabi seperti pengakuamu,lalu aku menolakmu,tentu itu tidak mendatangkan bencana kepadaku,dan jika engkau berbohong,aku tidak mahu bercakap dengan orang seperti itu”. Dengan perasaan yang kecewa  terhadap mereka,Rasulullah SAW berharap dapat berdakwah kepada orang selain mereka.Inilah sifat-sifat Rasulullah SAW,yang selalu bersungguh-sungguh,berpendirian yang teguh,dan tidak mudah putus asa,Tapi tidak ada seorang pun yang menerima Rasulullah,Malah Rasulullah dibentak oleh mereka dengan berkata, “keluarlah kamu dari kampung ini,pergilah kemana saja yang engkau suka”.

Ketika Rasulullah SAW sudah tidak berharap dengan mereka,dan bersiap-siap meninggalkan kota tersebut,mereka menyuruh anak-anak kota tersebut,mengikuti Rasulullah SAW,lalu anak-anak menganggu,mencaci dan melempar Rasulullah dengan batu,sehingga selipar Rasulullah berlumuran darah,dalam keadaan inilah Rasulullah SAW meninggalkan Thaif.

Ketika Rasullulah menjumpai tempat yang aman,Rasulullah pun berdoa kepada Allah SWT
“ Ya Allah, kepadamulah aku mengadu,lemahnya kekuatanku,kurangnya upayaku,dan aku hina dipandangan mereka, Wahai Maha rahim dari sekalian Rahimin,Engkaulah Tuhanku,kepada siapakah engkau menyerahkan aku,kepada orang asing yang memandangku dengan muka yang masam atau,kepada musuh yang engkau berikan urusanku,tidaklah berat bagi ku,asal engkau tidak marah kepadaku,lindunganmu sudah cukup bagiku,aku berlindung kepadamu dengan nur Wajahmu yang menyinari segala kegelapan,dan denganya dunia dan akhirat menjadi lebih baik,dari turunya murkamu dan ketidak redhaanmu terhadapku,jauhkanlah murkamu sehingga engkau redha,tiada daya dan upaya ku,melainkan dengan mu”.

Allah SWT mendengar rintihan dari doa Rasulullah dan menunjukkan kekuasaanya, sehingga Malaikat Jibril a.s datang kepada rasullulah dan memberi salam, dan berkata,
“Allah mendengar perbincanganmu dengan kaum mu,dan Allah mendengar jawapan mereka,dan Allah mengutuskan kepadamu Malaikat penjaga gunung,agar siap melaksanakan apapun perintahmu kepadanya” Malaikat itu pun datang dan memberi salam,kepada Rasulullah SAW.kemudian berkata,
“apa pun yang engkau perintahkan,akan aku laksanakan,bila engkau suka,akan ku benturkan kedua gunung disamping kota ini, sehingga siapa saja yang tinggal diantaranya,akan hancur binasa,jika tidak,apapun hukuman mu,akan ku laksanakan.”

Rasulullah yang pengasih dan mulia menjawab,
“Aku hanya berharap kepada Allah,seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga keturunan mereka yang akan datang adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah”.

Demikianlah Contoh yang kita pelajari dari sikap Rasulullah SAW, jika kita memang kita dah membalas balik dengan tindakan orang yang mengecewakan kita.orang zalim kita pun menzalimi juga. Tapi Rasulullah memaafkan orang-orang Thaif yang memulaunya.

BALASAN ALLAH KE ATAS KAUM NABI LUTH A.S


GAMBAR HIASAN

“Wahai saudari, sudikah saudari menerima kami sebagai tetamu keluargamu?” ujar salah seorang daripada tiga malaikat yang menjelma sebagai pemuda tampan bertubuh sasa itu. Si gadis yang sedari tadi begitu leka mencedok air dari perigi itu terkejut. Hampir sahaja timba yang sedang dipegangnya lucut ke dalam perigi. Wajahnya menjadi pucat. Lidahnya serta-merta kelu. Dia tidak dapat berkata apa-apa. Hatinya tiba-tiba diserang bimbang. Kebimbangan yang bukan disebabkan oleh kehadiran pemuda-pemuda kacak di hadapannya itu. Tetapi kerana dia telah dapat mengagak apa yang bakal berlaku sekiranya mereka diterima bertamu di rumahnya.

Anak gadis Nabi Luth itu cukup arif dengan amalan buruk warga Sadum yang pantang melihat lelaki muda, berwajah tampan dan bertubuh sasa. Pasti anak muda itu menjadi mangsa untuk memuaskan nafsu serakah mereka. Pada mereka, wanita tidak ada daya tarikan langsung. Lelaki hanya untuk lelaki, manakala wanita untuk wanita.

“Apa yang harus aku jawab kepada mereka,” bisik si gadis itu sendiri. Dia menjadi begitu serba salah.

“Apakah kedatangan kami ini menganggu saudari?” tanya pemuda itu kembali. ”

” Oh tidak. Tapi… bolehkah tuan-tuan tunggu di sini sebentar. Biar saya maklumkan dahulu kepada bapa saya,” balas si gadis terputus-putus. Dia mencapai bekas air yang hampir penuh dan pulang dengan tergesa-gesa.

Demi mendengar kedatangan tiga tetamu muda remaja itu, Nabi Luth mula gusar dan berasa tidak tenteram. “Ini adalah hari yang amat sulit bagiku,” kata Nabi Luth.

Baginda amat mengerti apakah akibatnya seandai kedatangan para tetamunya itu diketahui oleh kaumnya. Namun tabiatnya yang suka menerima tetamu, tetap kuat mendesak meskipun risiko yang terpaksa diterimanya sangat tinggi. Hari sudah menjelang malam, baginda sendiri pergi menjemput para tetamunya itu.

Kepada isteri dan puteri-puterinya dipesan agar perkara itu dirahsiakan, jangan sampai tersebar kepada orang ramai. Kelak mengundang bahaya yang besar. Malangnya, si isteri tidak mampu berlaku setia. Dihebahnya berita perihal tetamu-tetamu mereka kepada kaumnya.

Sebaik sahaja mendengar berita yang menarik dan sangat ditunggu-tunggu itu, bergegas dan berpusu-pusulah mereka ke rumah Nabi Luth.

“Wahai Luth! Bukakan pintu ini dan serahkan anak-anak muda itu kepada kami. Kami sangat memerlukan mereka. Buka pintu ini cepat!” Salah seorang daripada mereka terjerit-jerit sambil menendang daun pintu rumah Nabi Luth.

“Wahai Luth! Engkau larang kami dari mendekati anak muda, sebaliknya engkau sendiri menyimpan tiga orang pemuda,” jerit satu suara yang lain.

“Ya Allah, selamatkanlah kami,” doa Nabi Luth sambil memandang ke arah para tetamunya.

“Wahai kaumku! Aku ada anak gadis. Aku bersedia mengahwinkan kamu dengan mereka sekiranya kamu mahu. Tinggalkanlah perlakuan buruk kamu selama ini. Dan janganlah kamu ganggu para tetamu kami ini.”
Nabi Luth tidak henti-henti menasihati kaumnya.

“Ah! Usah hendak bersyarah di sini. Kami ke mari bukan untuk mendengar leteranmu. Kami ke sini untuk bersuka ria.” Suara-suara mereka kian tegas dan semakin tidak terkawal.

“Hai Luth! Engkau sememangnya tahu kami tidak perlu kepada wanita. Tapi kami yakin engkau tahu apa yang kami perlukan sekarang.”

“Baik engkau serahkan mereka kepada kami segera. Kalau tidak kami akan pecah-pecahkan pintu ini.”

Nabi Luth tahu kemungkaran apa yang akan terjadi sekiranya tetamunya jatuh ke tangan mereka yang telah tenggelam dalam perlakuan yang melampaui batas itu. Baginda juga sedar, kalau dipertahankan sekalipun, mereka pasti cuba untuk menceroboh masuk. Kini, apa yang mampu dilakukan oleh Nabi Luth hanyalah berdoa kepada Allah SWT. Hanya kepada Allah sahajalah tumpuan terakhir, tempat baginda berserah diri dan bergantung harap.

Namun baginda dapati suatu keanehan; tiada terbayang walau sedikit pun tanda-tanda kebimbangan pada wajah para pemuda itu. Mereka kelihatan begitu tenang dan bersahaja.

“Wahai Luth! Usah khuatir dengan ugutan mereka,” kata salah seorang daripada pemuda itu. Nabi Luth seakan-akan tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh salah seorang tetamunya. Baginda memandang tepat ke arah pemuda yang bersuara itu. Bunyi ketukan pada pintu bertambah kuat dan keras.

“Wahai Nabi Allah! Sebenarnya kami adalah malaikat utusan Tuhanmu. Kami jamin mereka tidak akan dapat mengganggu kamu. Bawalah keluarga dan pengikutmu keluar dari sini di akhir malam ini kecuali isterimu kerana dia termasuk golongan yang derhaka.”

Kini, barulah Nabi Luth sedar bahawa pembalasan dari Allah ke atas sikap keterlaluan kaumnya telah hampir tiba… Tepat ketika seperti yang ditentukan oleh Allah, penglihatan kaum yang derhaka itu ditarik, dan serta-merta segalanya makin kelam, hitam. Setiap mata telah menjadi buta. Akibatnya, keadaan menjadi hingar-bingar dan bercelaru. Masing-masing jadi buntu dan hilang haluan, lantas bertembung antara satu sama lain.

Menjelang Subuh, tatkala Nabi Luth, beberapa keluarga dan pengikutnya sudah berada agak jauh dari sempadan kota Sadum, maka turunlah azab Allah SWT. Allah memerintahkan malaikat memotong kedua-dua belah sempadan bumi warga Sadum itu dengan kedua-dua sayapnya. Kemudian bumi itu dijulang tinggi ke langit dan diterbalikkan bahagian yang atas ke bawah, yang bawah ke atas, lalu dihempas sekuat-kuatnya ke dasar bumi. Hancur berkecailah kota Sadum dan turut terkuburlah sama para pengamal homoseks di perut buminya.

Kemudian kawasan itu dihujani pula oleh batu-batu daripada tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Dan di dataran itu jugalah akhirnya terbentuknya sebuah lautan. Lautan yang digelar sebagai `Laut Mati`. Ia adalah lambang kebesaran kerajaan Tuhan, juga sebagai tanda keadilan-Nya di dunia lagi agar manusia sentiasa mengagungkan dan membesarkan syariat-Nya.

KAMBING DAN ALAT TENUN


GAMBAR HIASAN

Imam Ahmad telah memberitakan dari Humaid bin Hilal, dia berkata: "Ada seorang lelaki yang sering berulang-alik di kampung kami, lalu dia membawa cerita yang aneh-aneh kepada orang-orang kampung. Dia bercerita: "Suatu ketika aku datang ke Madinah dalam rombongan dagang, lalu aku menjual semua barang-barang yang aku bawa. Aku berkata kepada diriku: "Mengapa aku tidak pergi kepada orang lelaki yang membawa ajaran baru itu, barangkali aku dapat mendengar berita-berita yang aneh untuk aku bawa kembali bersamaku?! Aku pun pergi kepada Rasulullah s.a.w. untuk bertanya sesuatu, lalu Rasulullah s.a.w. menunjuki arah sebuah rumah, katanya: "Ada seorang wanita yang tinggal di rumah itu . Pernah dia mengikut tentera Islam berjihad, dan ditinggalkannya 12 ekor kambingnya dan sebuah alat tenunan yang digunakannya untuk menenun pakaian. Apabila dia kembali dari berjihad, didapati kambingnya hilang seekor, dan alat tenunannya pun hilang. Dia merasa sedih atas kehilangannya itu. Maka dia pun mengangkat kedua belah tangan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh kesungguhan, katanya: 

"Ya Tuhanku! Engkau telah berikan jaminan bahwa siapa yang keluar berjihad pada jalanmu, Engkau akan pelihara harta bendanya, dan sekarang aku telah kehilangan seekor kambing, dan alat tenunanku. jadi aku minta ganti kambing yang hilang dan alat tenunanku itu!" 

Rasulullah s.a.w. terus menceritakan betapa sungguh-sungguhnya dia berdoa dan memohon kepada Tuhannya, sehingga pada esok harinya dia mendapati di pintu rumahnya kambingnya yang hilang itu dengan seekor kambing lagi bersamanya. Begitu juga dia melihat alat tenunannya ada di situ dengan satu alat tenun yang lain. Itulah ceritanya, kata Rasulullah s.a.w. dan jika engkau mau, pergilah kepadanya di rumah itu, dan tanyalah dia cerita itu! "Tidak", jawabku, "Akan tetapi aku percaya semua yang engkau katakan itu!" 
(Majma'uz-Zawaid 5:277) 

PERMOHONAN SIKAYA DAN SIMISKIN


GAMBAR HIASAN

Nabi Musa a.s. memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya dan juga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa a.s.. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa a.s., "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar Allah s.w.t. menjadikan aku orang yang kaya." Nabi Musa a.s. tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, "Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya. Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa a.s.. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa a.s., "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah s.w.t. permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu." Nabi Musa a.s.pun tersenyum, lalu ia berkata, "Wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah s.w.t.". "Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah s.w.t.?. Allah s.w.t. telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah s.w.t. telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya", jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin Allah s.w.t. tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah s.w.t. mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua kerana ia tidak mau bersyukur kepada Allah s.w.t.

GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA


GAMBAR HIASAN

Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w.. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahawa Nabi Muhammad s.a.w. akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; "Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya Baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar." 

Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar Baginda s.a.w. selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu. 

Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!" 

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan Baginda s.a.w. itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allah s.w.t.  menurunkan ayat yang bermaksud : ("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku." 

Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi Muhammad s.a.w., tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan Rasulullah s.a.w., maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus, Nabi Muhammad s.a.w. berkata, "Hendak apakah kamu terhadap unta itu ?" 

Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia?" Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah s.w.t.  menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka." 

Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.
Previous Home

Get Update articel Via Facebook


CLOSE